» » Buttermilch

25 April 2014

Liburan sekolah dalam rangka Ostern atau paskah sudah berakhir.  Kembali ke aktivitas semula untuk menulis blog.  Saat anak-anak dinrumah, jadi tidak sempat untuk membuka komputer. 

Bulan April yang panas, musim semi yang sudah terasa seperti musim panas.  Terik matahari terasa sekali menyengat.  Daun di pohon yang saat musim dingin tidak ada, kembali menghijau.  Rumput warna kuning atau puste blume (bunga tiup) mulai bermekaran sana-sini.  Rumput ini setelah tua menjadi biji kering.  Rumput kering sering dibuat mainan dengan ditiup (puste) hingga bijinya berterbangan.

rumput puste blume


Cerita tentang rumput ini.  Kemarin lihat artikel yang di link teman di FB, tentang menyusui.  Artikel itu memberikan ilustrasi perempuan kulit putih sedang menyusui di hamparan bunga rumput puste blume ini.  Saya mengartikan ilustrasi tersebut, menyusui adalah kegiatan elegan/keren/bagus sebagus bunga-bunga rumput berwarna kuning di sekitar ibu menyusui tersebut.  Bunga rumput yang karena lokasinya jauh dari Indonesia, tidak ada di Indonesia. Bunga rumput yang dijadikan model tanda kekerenan atau sesuatu yang bagus.  Maaf kata, hanya bunga rumput. 


Banyak lagi iklan, seperti sering dapat email promosi dari Plaza Indonesia.  "Saat ini sedang sedang dijual koleksi baju musim panas" kata iklan tsb.  Dalam batin saya, kenapa koleksi baju musim panas?  Bukannya di Jakarta tempat plaza tersebut berada selalu musim panas, tidak ada musim dingin.  


Sesuatu yang tidak ada itu yang dicari.  Sepertinya, sesuatu yang susah ditemui menjadi daya pikat orang untuk melihat, seperti iklan menyusui dan iklan plaza Indonesia.  Dan hukum ekonomi berlaku, barang sedikit, ongkos tinggi, permintaan banyak, maka harga menjadi mahal.  Sesuatu yang jauh itu mahal.  Mahal itu sesuatu yang elegan/bagus.  Dan hanya bunga rumput kuning pun menjadikannya suatu yang elegan atau bagus.


Pun demikian dengan bahan masakan, misalnya Buttermilch (Jerman) atau Buttermilk (Inggris).  Pernah baca blog, saking inginnya menggunakan buttermilch hingga dicari cara supaya dapat cairan mirip buttermilch.  Buttermilch suatu yang elegan.  Padahal buttermilch sebenarnya hanya cairan limbah.  Buttermilch adalah limbah cair dari proses membuat butter.  Cairan ini berasa masam, cair seperti susu tapi agak lebih kental sedikit.


Kalau dibalik.  Misalnya saat jalan ke kota Kopenhagen Denmark. Saat itu sedang dingin berangin. Kami berjalan melewati deratan gedung yang banyak diantaranya gedung agen pariwisata.  Iklan yang terpampang adalah pohon kelapa dipinggir teriknya laut dengan sepasang kekasih minum kelapa muda.  Matahari dan kelapa muda adalah sesuatu yang elegan atau bagus.


Pun demikian dengan santan.  Sesuatu yang elegan dan bagus apalagi dari hasil memeras sendiri.  Santan awetan saja elegan apalagi santan hasil memeras sendiri.  


Kita dipandang bagus orang lain: matahari, santan, kelapa muda, pala, cengkeh, kayu manis, dll.  So harusnya bangga dong, menjadi bangsa sendiri, bangga menjadi bangsa Indonesia.


Nah...mencoba mengganti masakan bersantan dengan limbah cair butter atau buttermilch.  Ternyata masakan tersebut rasanya hampir mirip dengan menggunakan santan.  Masakan yang sudah dicoba: opor ayam, gulai ikan, rendang, tetap enak walau tanpa santan tapi menggunakan buttermilch.  Saat dimasukkan kuah opor dll terasa asam.  Tapi setelah dimasak beberapa lama dan bumbu benar-benar matang, tidak ada lagi rasa masam di opor, gulai atau rendang.


Inti dari menulis yang melingkar-lingkar ini adalah buttermilch bisa digunakan sebagai pengganti santan heheheheh.  Yang pasti lebih murah atau bisa mengklain masakan lebih sehat?  tidak tahu pasti kebenarannya... Yang pasti juga, masakan tetap enak dan yummy...


Buttermilch yang cair seperti susu tapi agak lebih kental sedikit


Opor ayam, gulai ikan, rendang tanpa santan tapi menggunakan buttermilch.

***

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Tambahkan Komentar